Suatu malam di bulan
januari 2014 .
Saya berada di satu ruangan yang
aromanya sudah tak asing lagi saya cium.
“ini di toko kueh, benarkah?”
ucap saya menyibir
mata saya sejak tadi di tutup
syal hitam aroma parfum #__________#
“mas Pra, mas?” teriak saya.
“mas kamu bawa aku kemana sih
sebenernya. kok bau kueh ? aku boleh buka syalnya ga?” tanyaku.
namun Mas Pra pun tidak
menggubris pertanyaan saya.
Saya pun sedikit kesal dan
berencana membuka penutup mata yang sejak di jalan sudah terikat.
Ketika saya akan membukanya,
tiba-tiba suara pria yang tak asing saya dengar itu berkata,
“jangan dulu sayang. Sabar
doong!”
“Tapi dari tadi kamu diam saja.
aku juga kan penasaran kamu ngajak aku kemana sih? ini dimana?”
Mas Pra tidak menjawab namun
malah merekatkan kedua tangan saya di balik kursi.
“ eh. eh. mas apa-apaan sih kamu
tuh? kamu mau ngapain aku sebenarnya?”
suasana kembali hening dan
lagi-lagi mas Pra tidak menjawab pertanyaan saya.
Akhirnya saya pun pasrah dan
tidak mau lagi mengeluarkan suara.
10 menit berlalu dan suasana
semakin hening.
“Mas, maksudnya kamu giniin aku tuh kenapa Mas? mataku perih tanganku juga mulai sakit
mas.
Jangan buat aku kayak gini Mas.”
Saya kembali protes.
Mas Pra tidak lagi menjawab
Saya pun menangis.
dengan suara terngingis dan mendesis
“Oke. kalo kamu ga mau jawab. Aku
akan diam. kamu ninggalin aku sendiri sekarang.”
Seketika aroma kueh tart yang
baru di panggang kini berganti menjadi aroma parfum Mas Pra..
sangat pekat dan harumnya begitu
dekat.
Saya mengendus-enduskan hidung
“mas?”
“mas, parfum kamu pekat sekali.
Kamu jangan jauh-jauh dari aku mas, aku takut.”
desah saya.
“saya tidak akan jauh dari kamu
kok. saya juga tidak akan menyakiti kamu. percaya sama saya ya?!” balas Mas Pra yakin.
“mas.. kira aku kamu pergi. Tolong lepasin ikat penutup mata ini mas. Mataku benar-benar sakit.
Apa kamu ga sadar aku nangis?.”
“Aku akan lepas tapi tunggu
sebentar lagi ya?”
Suasana pun sepertinya menjadi
ramai.
Saya mendengar beberapa langkah
kaki dari arah kiri badan saya.
Dan suara bangku yang di geser
jelas sekali di telinga saya.
"apakah ada orang lain selain kami berdua? dimana ini sebenarnya?"
Saya merasa pasrah. Badan pun
sudah mulai lemas.
Saya tidak tahu dimana sebenarnya
saya
Saya tidak tahu apa yang sedang
terjadi.
Dan untuk kesekian kalinya saya
memohon Mas Pra membuka penutup mata dan ikat tali saya.
namun tidak juga di gubris
olehnya.
merasa jengkel dengan sikap Mas Pra.
Ide saya pun seketika muncul.
Saya berpura-pura kesakitan lalu pingsan.
Trik saya jalani.
Awalnya saya merintih kesakitan
lalu menjatuhkan badan saya ke lantai.
Walaupun sedikt sakit karena
kursi yang saya duduki ikut terjatuh tapi trik itu sangat jitu.
Mas Pra begitu kepanikan dan ia
pun sesegera membuka penutup mata dan ikat tali tangan saya.
Mas Pra memeluk saya dan
mendekapnya begitu erat.
Mata saya tetap saya tutup tapi
sesekali saya intip keliling ruangan itu namun ruangan itu begitu gelap.
Dekapannya semakin erat dan Mas Pra
menggoyang-goyangkan badan saya agar saya bangun.
Ia mengusap wajah saya sambil
mengucapkan kata maaf ,
"Les, maafkan saya. Saya mungkin keterlaluan.
Tapi mohon bangun Les.
Saya tidak ingin hari ini gagal.!
Tolong bangun Les..”
“ Gagal?” saya bertanya dalam
hati.
apa maksudnya dengan gagal?
rasa penasaran pun semakin
memuncak.
Saya kembali mengeluarkan bakat
acting saya.
“hemm… Mas Pra.. aku dimana?” Tanya
saya sambil menggeliatkan badan dan mengusapkan mata.
“Kamu sudah sadar ,les?” kembali
sumeringah
“ini dimana mas? kok gelap
sekali?” Tanya saya.
“ini di… di… kamu bangun dulu ya.
kamu tunggu sini saya akan ambil teh hangat untuk kamu.”
“tunggu mas, aku ga mau kamu
tinggal. Kamu tega ninggalin aku di tempat gelap gini. aku dimana, maksudnya apa
sih mas?” saya mencengram keras tangan Mas Pra sambil membangunkan badan saya.
“kamu tenang dulu Alesa.” Mas Pra
menenangkan
“Ga bisa, aku ga bisa tenang kamu
giniin. Aku mau pulang sekarang! denger aku kan SEKARANG. Oke, kalo kamu ga mau
antar aku bisa pulang sendiri kok.“
dengan rasa kesal saya pun
bangkit dari lantai dan menghentakan kaki saya.
Ruangannya begitu gelap dan
sangat mengganggu penglihatan saya.
Hanya seberkas cahaya yang
menyoroti ruangan ini tempat saya terbaring tadi dan satu arah titik .
Saya perhatikan titik itu sangat
berkilauan.
Saya pikir itu pasti jalan keluar
dari ruangan ini.
Saya pun segera menghampiri titik
itu.
Setelah saya hampir mendekati
titik cahaya dan akan menggapainya itu tiba-tiba lampu pun
menyala.
Ruangan menjadi terang menderang.
Saya melihat sekeliling ruangan
terpasang dua lampion hati diplafon membuat cantik ruangan itu.
Tiba-tiba terdengar alunan music acoustic “11 Januari” yang memecahkan keheningan.
Dengan tegas saya memutarkan badan. Ternyata ruangan ini sesak dengan orang.
Papah- Mamah-
Om- Tante-
Teman-teman.
Band acoustic sedang memainkan lagu 11 januari
Jadi, kami tidak hanya berdua?
Jadi, daritadi apa yang kami lakukan
di tonton mereka.
lampion hati,
dekorasi yang penuh dengan bunga,
ratusan balon hati di setiap
sudut ruangan.
dan kueh tart besar.
Saya memalingkan pandangan saya
ke satu layar besar yang secara otomatis terputar semua memory foto dan video tentang
masa pacaran kami, backsoundnya masih diiringi band acouctic alunan lagu 11
Januari.
terekam diawal pembukaan Prakata dari Mas Pra
untuk saya.
“HAH? maksudnya apa ini” desis
saya.
semua mata tertuju pada diri saya
dan saya kembali membalikan badan saya dengan cepat.
Saat saya membalikan badan
tiba-tiba tubuh saya terpental oleh Mas Pra yang sejak tadi sudah ada di
belakang saya.
Ia tersenyum tanpa arti.
“Maaf Band GIGI ga bias terundang.
Jadwalnya padat. Jadi Cuma ini yang bisa saya persembahkan. Mudah-mudahan kamu suka."
“Hah?”
" terus maksud dari semua ini .... apa....?" saya masih bingung.
"Nikah dengan saya Alesa?"
“Iya.. kamu hanya bisa jawab Iya.
karena tidak ada alasan kamu menjawab tidak.”
“kenapa bisa?”
“karena ini kan yang kamu
impikan. Kamu akan menerima seorang pangeran yang akan menjadi pendamping hidup
kamu tepat di tanggal 11 Januari dengan alunan lagu 11 Januari.”
“Mas Pra, kok.”
“kok bisa tahu ? itu kan
maksudnya?
“iya”
“bukannya kamu pernah tulis
semuanya di blog?”
“dari awal kita ketemu, saya
sudah tertarik sama kamu dan saya mengikuti alur kamu. Saya tahu kamu suka
menulis di blog. Dan setiap posting saya ikuti. termasuk impian kamu . “Gantungan
Impian Untuk Pangeran”. Itu kan postingan kamu di bulan Januari 2011?. Menurut
saya itu klise. Tapi lucu juga kalau di Praktekan
seperti ini. hehehe…” jelas Mas Pra.
“Udah deh jangan ngeledek. bilang
aja judul sama pembahasannya tuh jelek. huu….”
“Engga kok. Buktinya aku jalanin.
Maaf ya kalau jadinya buat tersinggung” gurau Mas Pra sambil menjepit mesra
hidung saya.
“Mas…. aku ga bisa bilang apa-apa
lagi. Benarkah ini nyata? ini bukan mimpi kan mas?”
Mas Pra hanya menggelengkan
kepala sambil tersenyum manis.
Airmata pun seketika membanjiri
pipi chubby saya.
Saya menepok-nepokan kedua pipi
dan mata saya.
“Hei.. sudah, kamu bukan mimpi.
Ini nyata kok. Sekarang kamu tinggal jawab iya.
Perjuangan saya cukup berat loh
mendekor ruangan ini, walaupun hasilnya kurang maksimal tapi kalau kamu tolak….hemm..”
sekeliling ruangan pun menyorakan
saya untuk menerima tawarannya.
“Jawab Iya… Jawab Iya…”
Keluarga saya, Keluarga Mas Pra,
Teman-teman semuanya berkumpul untuk menjadi saksi pernyataan cinta Mas Pra dan
untuk mengajak saya menjadi pendampingnya seumur hidup.
Mas Pra pun meyakinkan saya
kembali.
Tangannya mengengam erat kedua
bahu saya, ia membungkukan badan yang tinggi badannya 18 CM lebih tinggi dari pada
saya.
“ Alesa, maukah kamu
menjadi pendamping saya di saat suka dan duka, menjalani kehidupan bersama,
berbagi cerita bersama. Menjadi istri saya selamanya?”
Aroma tubuhnya menengangkan jiwa
saya,
Wajahnya yang tampan dan kedua
matanya begitu lembut menatap saya.
Rasa haru kembali mengatmosfer jauh
di dalam bathin saya sampai mengeruak menjadi air mata kebahagiaan.
“IYA!” lantang saya.
“Iya aku mau.. Aku sangat mau
Pangeran.” tegas saya kembali
“Alhamdulillah…..” jawab Mas Pra.
Suasana ruangan pun menjadi cair.
Khayalak yang berada di ruangan
itu bersorak dan bertepuk tangan.
Mas Pra menarik tubuh saya dan
memeluk begitu kencangnya.
Ia pun terharu. Kami berdua
menangis bahagia.
“Aku yakin kamu pasti jawab iya..”
“hehehe…makasih ya mas.”
“makasih untuk apa?”
“Makasih untuk 11 Januari 2014
ini…”
"Terimakasih untuk?"
"Terimakasih karena kamu mau jadi istri saya."
ciyeehhh, ini cerita km dit?
BalasHapusbukan , ini khayalan ka...
BalasHapushanya fiksi
hehehe ^__^