Aku Cindy Selviandisa lahir di bulan Maret 20 tahun yang lalu. Tepat pada tahun 1991.
Semasa kecil aku menghabiskan waktu bermain dengan teman teman sebayaku.
Namun, hari-hari yang aku lalui tidak selalu menyenangkan terkadang kesedihan mampir di setiap hari kecilku.
Baik itu dimarahi ayah atau juga karena keinginanku yang tidak bisa terpenuhi.
Cindy kecil di tuntut oleh ayah dan ibu agar kelak menjadi wanita yang tegar dan mandiri. Orangtua juga menekankan bahwa semua apa yang aku mau tidak harus semuanya tepenuhi ,"semua ada batasnya" itulah yang diucapkan ayahku.
Sebagai gadis kecil aku hanya bisa nangis dan menyendiri jika keinginan itu tidak terpenuhi.
Terkadang aku berfikir hidup ini tidak adil.
Teman-teman TK ku dulu lahir dari keluarga yang serba kecukupan bisa dikatakan mewah.
Contohnya, Vera.
Bagiku Vera sangat beruntung. Dia punya rumah yang mewah, besar sekali seperti istana, dia punya kamar sendiri dan kasur besar ditambah boneka-boneka lucu yang berjajar.
sedangkan aku, aku tidak sepertinya.
Rumahku kecil itupun rumah kontrakan, kamarku menyatu dengan ayah dan ibu dengan kasurnya dari kapuk dan mengampar, bukan kasur berkayu atau spring bed.
Pokoknya dia membuat aku iri sekali.
kadang aku marah pada orangtuaku kenapa aku tidak bisa seperti Vera, tapi aku tidak bisa seperti itu.
Tapi aku tidak bisa mengungkapkannya. Karena aku masih 5 Tahun.
**
Seiring waktu rasa iri yang aku tanam itu salah besar.
Seiring waktu rasa iri yang aku tanam itu salah besar.
Seiring waktu aku sadar bahwa rumah mewah, kasur besar dengan belasan boneka berjajar itu tidak penting.
Kehadiran orang tua lah yang penting.
Walaupun orangtua ku jarang memenuhi keinginanku tapi mereka selalu ada untukku.
Sedangkan Vera yang dilimpahkan kekayaan, apapun yang dia inginkan pasti terpenuhi tapi dia tetap kekurangan. Dia kekurangan kasih sayang dari kedua orangtuanya yang sibuk bekerja.
Itu yang pernah Vera ceritakan padaku dulu, setelah kami lulus dari taman kanak-kanak.
Kalau dibayangkan lagi sungguh ironis sekali.
Orangtuaku yang memberikan perhatian full secara nyata tapi tidak dengan Vera yang hanya dilampiaskan dalam bentuk lain.
Sampai aku sekarang sudah dewasa,
Memori itu masih terjelas pekat di ingatanku dan mungkin seumur hidupku.
Walaupun dulu terasa pahit, namun aku memetik hikmah dari semuanya.
Hikmah yang aku dapatkan adalah pendewasaan.
Pendewasaan diri dari segala kepahitan yang terjadi, walaupun disaat itu umurku masih sangat kecil tapi aku bisa menceritakan bahwa dulu aku pun pernah merasakan roda kehidupan.
Dan satu hal yang terpenting adalah aku tahu bahwa orangtua ku menyayangiku secara utuh
Biar bagaimanapun perhatian yang nyata lebih terasa berharga dari apapun
Dan yang kini aku rasakan adalah aku harus bersemangat untuk kehidupanku kedepan.
Agar kelak, anak-anak ku bisa merasakan keduanya.
Perhatian dan keinginannya bisa terpenuhi dengan baik.
Komentar
Posting Komentar