Setelah curhat ke-dilema-an saya di posting sebelumnya akhirnya semua yang saya takutkan itu kejadian.
Tepat di Hari Selasa, 31 Juli 2012 saya membulatkan tekad untuk memenuhi perintah dari atasan saya untuk memotong gaji Mba Mia. Rasa deg-deg-an dan ga enak pun menghantui pikiran saya satu hari satu malam. Saya takut kalau tugas itu saya kerjakan maka saya akan kehilangan kehangatan sapaan Mba Mia, bercengkrama dengan Mba Mia dan mungkin saya akan menjadi musuh selama-lamanya... ahhh... ga mauuu*
Prahara terjadi ketika pukul 17:00 tepat pada saat pembagian salary bulanan. Saya yang duduk di bangku kerja sedikit berantakan dengan segala macam file, begitupun hati dan pikiran saya yang kacau. Saya mencari situasi yang pas untuk bisa bicara baik-baik dengan Mba Mia dan menjelaskan apa yang akan terjadi padanya.
Terlihat wajahnya yang tidak biasa, hari itu ia begitu cantik. Padu padan gaun batik pink dan heels menambah kesan ceria pada wajah dan tubuhnya yang mungil belum lagi sejak awal saya melihatnya hari itu ia tak sukar menebarkan senyum yang mempesona.
Rasanya sungguh tak ingin keceriaannya hari itu hilang.
Namun, inilah saatnya. Saya harus bicara padanya karena hari pun sudah mulai gelap. Belum lagi karawan yang lain harap-harap cemas menunggu giliran. Saya mulai membereskan file-file yang sudah selesai saya kerjakan. Dalam hati saya selalu berucap doa dan witir.
Saatnya tiba, keadaan sedang hening dan .... helaan nafas panjaang memulai kalimat tanya saya yang pertama...
" Mba Mia, saya mau bicara sebentar boleh? " tanya saya ragu
"Ada apa dita?" jawab Mba Mia heran. Wajahnya mulai menampakan kecurigaan.
" Gini Mba Mia, saya mau bicara mengenai salary yang mba dapatkan bulan ini tidak bisa saya kasih penuh. " jelas saya terbata-bata
" Kenapa? atas dasar alasan apa gaji saya di potong?" tanya Mba Mia.
" Sebenarnya ini adalah keputusan dari direksi. Saya hanya menjalani perintah. tidak lebih. maaf mba, mungkin karena prestasi absensi mba yang tidak sesuai prosedur maka perusahaan mengambil tindakan seperti ini."
" ohh.. kalau seperti itu kenapa tidak ada pembicaraan sebelumnya? kalau memang saya salah tegur dong. Jangan asal potong tanpa ada pembicaraan terlebih dahulu!" Tegasnya.
"Iya saya juga tidak ingin seperti itu, tapi mau bagaimana, saya hanya memenuhi tuntutan dari atasan. Kalau mereka bilang A lalu saya lakukan B, saya yang akan menjadi tertuduh. Maaf mba...."
*Pembicaraan pun selesai*
Dengan hati kesal ia menulis kwitansi pembayaran gaji yang ia terima setengah dari total gaji yang seharusnya ia dapatkan. Wajah cantiknya seketika berubah muram, merah dan marah.
Saya sungguh tidak tega melihatnya, tapi mau bagaimana lagi?
saya harus tanggung resiko apapun dari yang saya lakukan ini walaupun sebenarnya bukan keinginan saya memotong gajinya.
Dengan rasa yang masih mengganjal ingin sekali saya meminta maaf padanya...
Kalau mau di review omongan Mba Mia memang ada benar dan salah.
Benarnya adalah ketika dia salah karena absen selama 11 Hari, tak ada teguran terlebih dahulu. Sehingga ia fikir tidak menjadi soal dia tidak masuk kerja selama apapun.Tau-tau di potong begitu saja. Otomatis kesal dong!
Salahnya adalah ketika ia tahu bahwa prosedur perusahaan mengenai jadwal kerja dan ia meng-iyakan tapi ia mengingkari.
Yah biar bagaimana pun itu sudah terjadi. Dan kini, saya tinggal tunggu efek dari kejadian itu.
**
Hari itu pun berlalu... sudah dua hari ini Mba Mia tidak menampakan dirinya di kantor. Alasannya karena kerjaan mengurusi data konsumen di bank. Saya hanya meng-iyakan.
Sejak hari itu, sikapnya menjadi beda. Dulu ketika ia mengirimkan pesan singkat, tulisan nya begitu ramah dan hangat. Tapi dua hari ini, sapaan itu sudah tidak lagi menjadi penghias pesan dari dirinya.
Beberapa sms yang ia kirimkan setelah prahara ....
Lalu hari ini saya dapat memo yang sengaja ia tulis dan simpan di atas meja saya, ini tulisannya..
Tepat di Hari Selasa, 31 Juli 2012 saya membulatkan tekad untuk memenuhi perintah dari atasan saya untuk memotong gaji Mba Mia. Rasa deg-deg-an dan ga enak pun menghantui pikiran saya satu hari satu malam. Saya takut kalau tugas itu saya kerjakan maka saya akan kehilangan kehangatan sapaan Mba Mia, bercengkrama dengan Mba Mia dan mungkin saya akan menjadi musuh selama-lamanya... ahhh... ga mauuu*
Prahara terjadi ketika pukul 17:00 tepat pada saat pembagian salary bulanan. Saya yang duduk di bangku kerja sedikit berantakan dengan segala macam file, begitupun hati dan pikiran saya yang kacau. Saya mencari situasi yang pas untuk bisa bicara baik-baik dengan Mba Mia dan menjelaskan apa yang akan terjadi padanya.
Terlihat wajahnya yang tidak biasa, hari itu ia begitu cantik. Padu padan gaun batik pink dan heels menambah kesan ceria pada wajah dan tubuhnya yang mungil belum lagi sejak awal saya melihatnya hari itu ia tak sukar menebarkan senyum yang mempesona.
Rasanya sungguh tak ingin keceriaannya hari itu hilang.
Namun, inilah saatnya. Saya harus bicara padanya karena hari pun sudah mulai gelap. Belum lagi karawan yang lain harap-harap cemas menunggu giliran. Saya mulai membereskan file-file yang sudah selesai saya kerjakan. Dalam hati saya selalu berucap doa dan witir.
Saatnya tiba, keadaan sedang hening dan .... helaan nafas panjaang memulai kalimat tanya saya yang pertama...
" Mba Mia, saya mau bicara sebentar boleh? " tanya saya ragu
"Ada apa dita?" jawab Mba Mia heran. Wajahnya mulai menampakan kecurigaan.
" Gini Mba Mia, saya mau bicara mengenai salary yang mba dapatkan bulan ini tidak bisa saya kasih penuh. " jelas saya terbata-bata
" Kenapa? atas dasar alasan apa gaji saya di potong?" tanya Mba Mia.
" Sebenarnya ini adalah keputusan dari direksi. Saya hanya menjalani perintah. tidak lebih. maaf mba, mungkin karena prestasi absensi mba yang tidak sesuai prosedur maka perusahaan mengambil tindakan seperti ini."
" ohh.. kalau seperti itu kenapa tidak ada pembicaraan sebelumnya? kalau memang saya salah tegur dong. Jangan asal potong tanpa ada pembicaraan terlebih dahulu!" Tegasnya.
"Iya saya juga tidak ingin seperti itu, tapi mau bagaimana, saya hanya memenuhi tuntutan dari atasan. Kalau mereka bilang A lalu saya lakukan B, saya yang akan menjadi tertuduh. Maaf mba...."
*Pembicaraan pun selesai*
Dengan hati kesal ia menulis kwitansi pembayaran gaji yang ia terima setengah dari total gaji yang seharusnya ia dapatkan. Wajah cantiknya seketika berubah muram, merah dan marah.
Saya sungguh tidak tega melihatnya, tapi mau bagaimana lagi?
saya harus tanggung resiko apapun dari yang saya lakukan ini walaupun sebenarnya bukan keinginan saya memotong gajinya.
Dengan rasa yang masih mengganjal ingin sekali saya meminta maaf padanya...
Kalau mau di review omongan Mba Mia memang ada benar dan salah.
Benarnya adalah ketika dia salah karena absen selama 11 Hari, tak ada teguran terlebih dahulu. Sehingga ia fikir tidak menjadi soal dia tidak masuk kerja selama apapun.Tau-tau di potong begitu saja. Otomatis kesal dong!
Salahnya adalah ketika ia tahu bahwa prosedur perusahaan mengenai jadwal kerja dan ia meng-iyakan tapi ia mengingkari.
Yah biar bagaimana pun itu sudah terjadi. Dan kini, saya tinggal tunggu efek dari kejadian itu.
**
Hari itu pun berlalu... sudah dua hari ini Mba Mia tidak menampakan dirinya di kantor. Alasannya karena kerjaan mengurusi data konsumen di bank. Saya hanya meng-iyakan.
Sejak hari itu, sikapnya menjadi beda. Dulu ketika ia mengirimkan pesan singkat, tulisan nya begitu ramah dan hangat. Tapi dua hari ini, sapaan itu sudah tidak lagi menjadi penghias pesan dari dirinya.
Beberapa sms yang ia kirimkan setelah prahara ....
- Bu lavi transfer 1jt utk pembayaran dp tlng dicek [02-08-12 ; 12:53]
- Kav bu nani sm siswoko udh beres blm?sabtu mrka mauu ke proyek [2-08-12 ; 16:04]
Lalu hari ini saya dapat memo yang sengaja ia tulis dan simpan di atas meja saya, ini tulisannya..
memo ini saya dapat hari ini jam 10:30 saya lihat mejanya kosong. Itu artinya ia sempat mampir ke kantor memberikan tulisan ini lalu pergi lagi...
Saya sedih. kenapa harus kayak gini? Kenapa tanyanya harus lewat tulisan dan terkesan formil dengan sisipan kata "saya" padahal sebelum-sebelumnya dia ucap dirinya sendiri tuh bahasanya "aku" bukan "saya".
Dulu pakai sapaan sekarang tanpa basa-basi, sangat singkat, sangat padat dan sangat sangat menyakitkan! hiks :'(
" Tolong jangan giniin aku mba,,, aku udah coba bela mba.. tapi justru aku yang disudutkan....Huhft! capek sekali rasanya .."
Tapi percuma juga kalau saya membela diri disaat rasa sakitnya sudah mendalam. Apalagi tentang Uang, jadi sudah pasti akan begini. Uang kan begitu sensitif berapapun nominalnya.
Uang bisa membuat bahagia bisa juga membuat derita bisa buat banyak teman bisa juga membuat perpecahan. Entahlah, biar waktu saja yang menjawab...
Sekarang yang bisa saya lakukan adalah membiarkan dia berfikir dan menenangkan dirinya sampai dia mengerti alasan dan sebab dari semua ini bisa terjadi....
Dan baru ketahuan ternyata di hari yang sama pun dia update tweet yang sedikit bikin ngenes :
Ini dia tweet-nya
Dita : +_______+ maksudnya?
critanya mnyentuh jdi sdihh.. sabar ya
BalasHapus