Sabar bilang : Sabar ya dit, satu minggu lagi barangnya baru datang. Sabar ya sayang, masih bisa tunggu aku sampai mapan kan? Sabar teh dita! kalau udah rejekinya pasti nuturin Sabar ya dita. Kerja disini sampai semuanya selesai, tunggu! VS Ego berbisik : sampai kapan aku harus sabar? apa gunanya sabar? apa dengan sabar aku bisa bahagia? Seminggu ini kata "Sabar" seolah mengobrak-abrik jiwa saya tak ayal ia menyelusup hingga ubun-ubun. Saat diri ini menyatakan menyerah, maka Enough! saya akan bersabar. Namun di kala saya memutuskan untuk mengikuti kata hati (Sabar, red ) seolah kekuatan muncul dari sisi lain dalam tubuh ini, bisa dikatakan sebuah Ego yang tak bergeming. Ia selalu menyuarakan fungsinya ketika saya akan "berpasrah". Lalu terjadilah perselisihan bathin antara memilih membesarkan Ego atau tetap berdiri pada sabar. Dan...