Berapa cerita yang kuntai bersama kamu, Berapa air mata yang aku teteskan untuk kamu, berapa banyak kadar kesetiaan yang aku perjuangkan untuk kamu. Kalau pada akhirnya tidak bisa di pertahankan?
Kamu yang mengisi hari-hariku. Empat tahun bersama, kamulah yang buat aku bangkit dan menguatkan aku untuk selalu bisa menghadapi semuanya.
Tapi kini semua sudah sangat berbeda, lalu kemana perginya rasa itu? Aku juga tidak tahu.
Terlalu kekanak-kanakan bilamana aku mengatakan,"Kamu harus setia dan harus selalu bersama aku, kemana kamu pergi harus sama aku!" Ya, aku memang seperti anak remaja yang baru mengenal cinta sama seperti 1 tahun pertama kita bersama.
Semakin lama aku mulai membiasakan diri untuk mengerti dengan situasi apapun karena aku pun malu dengan umur aku tidak ingin di lihat manja dan selalu mengandalkan kamu walaupun hati kecil manusia ababil ini memang selalu menginginkan seperti itu.
Sampai akhirnya aku mengalami suatu hal yang tidak pernah ku sangka. Aku mendapatkan kejutan hebat dari kamu, lucunya kejutan ini begitu menyesakan, aliran darah seketika berhenti, nafasku tersendak, hatiku pecah.Apa yang aku takutkan selama ini pun terjadi. Sebuah penghianatan itulah hadiahnya. Dan yang membuat aku terkejut adalah sebuah pertanyaan,"kenapa bisa kamu melakukan ini?". Aku setia tapi kenapa di balas dengan cara seperti ini?. Awalnya, aku menepis semua prasangka yang mengganjal dihati lalu aku coba mencari tahu bukan aku tidak percaya tapi hati inilah yang menggerakannya.
Setelah tahu seperti ini, aku tidak lagi percaya. Aku coba memaafkan tapi aku rasa itu sebatas ucapan saja. Hatiku tidak, hatiku bersikukuh untuk membenci kamu sejak saat itu dan mungkin ...lagi lagi aku katakan aku tidak tahu sampai kapan. Kamu tidak memberi alasan yang jelas mengenai semua itu, tapi tanpa harus menjelaskan aku juga sudah paham. Ini semua pasti karena sikapku juga, aku terlalu acuh atau bisa jadi aku egois. Benarkan?maka konsekuen yang aku harus terima ya ini. Aku dengan sikap egois berpengaruh pada kesetiaan kamu. Lalu kamu mencoba bermain api sehingga membuat semuanya jadi berakhir. Padahal semua itu bisa diselesaikan tanpa harus melibatkan orang lain kan?Lalu aku memaafkannya dan kita membuat alinea baru kisah kita. Tapi kamu kembali lagi bermain api lalu memaafkannya dengan sebuah janji untuk bisa menjaga hati tapi sekarang kamu mau bermain lagi? terus mau sampai kapan seperti ini?. Buat apa kita menjalani semuanya di dasari ketidakjujuran. Sudah cukup! Aku lelah.
Hidup ini memang singkat tapi cukup panjang untuk di jalani. Hubungan kita memang sudah masuk ke babak empat. Dan seperti kata orang hubungan di waktu ini memang rawan. Dulu aku sempat menepisnya tapi setelah aku jalani memang benar adanya.
Sebenarnya kita tidak akan ada di lingkaran masalah jika kita tahu porsi yang harus di lakukan. Jika berlebihan maka akan jenuh juga, jika main-main maka ada konsekuennya pula. Ibarat sebuah asap, tidak akan ada asap jika tidak ada api, tidak akan ada api jika tidak memainkannya. Hubungan akan harmonis jika satu sama lain saling mengerti, menjaga dan setia. Tapi jika itu sudah tidak lagi di jalani maka akan berakhir dengan sebuah kekacauan. Jangan salahkan aku dengan sikap yang aku tunjukan setelah apa yang kamu perbuat, mulutku mengatakan sudah memaafkanmu tapi hatiku masih sakit. Dan entah sampai kapan bisa di pulihkan. Karena menurutku hati itu ibarat sebuah kertas, bilamana kertas itu di remukan maka akan sulit untuk di jadikan seperti semula pasti akan akan garis-garis bekas remukannya.
Tulisanku ini sudah cukup menjelaskan apa yang terjadi dengan diriku beberapa terakhir ini, aku tidak lagi seperti aku yang dulu. Kata kamu aku yang sekarang lebih berani, aku mendominasi diri kamu dan ucapanku lebih frontal. Satu alasan singkat kenapa aku seperti itu di karenakan jeritan hati ini yang masih belum bisa menerima semuanya. Semakin aku ingin melupakan semakin jelas rasa sakit yang aku alami. Mungkin karena sikap aku ini aku malah lebih mengacaukannya lagi padahal kamu mencoba memperbaikinya. Tapi ya sudahlah, jangan menyiksa diri. Aku kasihan melihat kamu harus membatin menghadapi sikapku ini. Aku kira ini cukup. Kita menyerah saja. Aku tidak ingin menjalani semuanya secara tidak jujur dan tertutup.
Maaf atas jawaban klise tadi siang, tapi itu memang benar. Mungkin kalau kamu lebih berfikir kamu tidak akan melakukan itu.Ah, tapi aku cukup mengenal naluri seorang lelaki.
Aku mengerti.
Mulai sekarang aku tidak mau lagi jadi sebuah pohon yang selalu bertahan di setiap musim. Aku tidak ingin selalu setia tapi aku ingin mencari seseorang yang mencintaiku dan aku pun mencintainya, sama seperti Hujan.
Mulai sekarang aku tidak mau lagi jadi sebuah pohon yang selalu bertahan di setiap musim. Aku tidak ingin selalu setia tapi aku ingin mencari seseorang yang mencintaiku dan aku pun mencintainya, sama seperti Hujan.
Currently song : Apalah (Arti menunggu)
Komentar
Posting Komentar