![]() |
Foto : Internet |
Minggu- minggu terakhir bulan Desember adalah minggu ter- ter -ter tegaaang yang pernah saya alami.
Dimulai dari tanggal 11 Desember kemarin saya sudah di buat pusing dengan urusan kerjaan yang menumpuk. Maklum, akhir tahun jadi semua data kantor harus sudah di persiapkan menjelang tutup buku.
Mungkin kalau hanya soal data sih masih ke cover tapi masalah terbesar adalah para direksi yang punya kuasa mengeluarkan dana sudah memiliki plan untuk berlibur dengan waktu yang cukup lama. Jadi ya saya harus memprediksikan berapa uang yang di butuhkan selama 1 bulan ke depan. "HHaaaaaaa! ga sukaa kondisi kayak gini!!!"
Sebenarnya kalau dengan mudah bilang sekian ratus juta tanpa ada embel-embel list ajuan dana-nya juga tidak akan sebingung ini sih, tapi kan kenyataannya tidak semudah itu saya tetap harus mengestimasi pengeluaran yang totalnya sampai sekian ratus juta itu untuk apa?. Padahal kan saya juga masih belum bisa prediksi apa saja pengeluaran 2 minggu kedepan.
Arghhhh... rasanya ingin teriak saja. Benar-benar kerjaan yang "Waaww" bangettt lah, sumpah! Ingin bilang tidak sanggup malah nanti dikira lembek dan tidak berkompeten kalau di pikir terus bisa-bisa sakit, ya ampuunn...serba salah.
Sebenarnya kalau dengan mudah bilang sekian ratus juta tanpa ada embel-embel list ajuan dana-nya juga tidak akan sebingung ini sih, tapi kan kenyataannya tidak semudah itu saya tetap harus mengestimasi pengeluaran yang totalnya sampai sekian ratus juta itu untuk apa?. Padahal kan saya juga masih belum bisa prediksi apa saja pengeluaran 2 minggu kedepan.
Arghhhh... rasanya ingin teriak saja. Benar-benar kerjaan yang "Waaww" bangettt lah, sumpah! Ingin bilang tidak sanggup malah nanti dikira lembek dan tidak berkompeten kalau di pikir terus bisa-bisa sakit, ya ampuunn...serba salah.
Untungnya saya sadar diri kalau terus di pikir tanpa tindakan juga salah jadi hal pertama yang saya lakukan adalah me- list data estimasi pengeluaran dana 2 minggu terakhir bulan Desember dan 2 minggu setelahnya. Secara global sampai dengan minggu kedua bulan Januari telah di dapatkan nominal yang cukup fantastis. Lalu saya ajukan besaran tersebut di rapat 11 Desember'12 dan di acc.
Setelah seminggu dari tanggal 11 Desember itu masalah baru pun muncul. Hitungan ternyata meleset karena pengajuan pembayaran material baru yang muncul seminggu setelahnya. Nominalnya pun cukup besar, saya kelabakan tidak tahu harus bagaimana karena hari itu pejabat yang berkuasa tandatangan "giro bersaldo" sudah mendarat di LA (maksudnya Los Angeles bukan Lenteng Agung loh ya?hhihi ;p)
Yah Parahhh.....!!!Stress-nya bukan kepalang teman-teman otak ini rasanya mau pecah, swear.
Sebenarnya masih ada andalan saldo di bank lain yang tidak perlu bertandatangan atasan saya yang sudah di LA itu, tapi saldo di bank tidak terlalu besar nilainya jadi sebatas cukup ajuan saya hari itu. Karena kepepet mau tidak mau itu pilihan yang harus kami jalani. Next-nya menjadi tugas saya meminimalisir pengeluaran dalam 1 minggu terakhir. Masih untung ada jalan juga. :)
Beberapa step yang harus saya jalani selanjutnya adalah pemindah bukuan ke bank ABCD.
Ada 4 giro yang berbeda yang harus saya transaksikan minggu itu, buat saya itu tidak sulit karena sudah terbiasa dan akan berjalan mulus kalau tidak ada kesalahan apapun. Tapi namanya juga Dita, manusia hampir overload ini lagi -lagi mengalami satu kejadian unik, tegang dan ...menghebohkan..Uwhh
Cerita di mulai dari tanggal 19 Desember s/d 27 Desember yang berhasil membuat saya setengah gila gara-gara kerjaan. Ajaibnya sumber "kegilaan" ini dari sebuah kertas, ajaib sekali. *Pyuhhh*
Dua hal yang paling menegangkan itu adalah
Dua hal yang paling menegangkan itu adalah
#1
Mengenai giro yang belum diaktivasi.
Disini agak membingungkan juga menjelaskannya gimana, singkatnya setiap bank itu ada aturannya termasuk mengenai sebuah buku giro.
Bank A misalnya, memiliki peraturan setiap pergantian giro baru harus ada tandatangan bermaterai pejabat yang kuasa untuk mengaktivasikan giro tersebut.
Kebetulan saat itu saya akan meng-kliring sejumlah dana dari giro baru tersebut.
Sialnya, giro tersebut belum ter-aktivasi dengan kata lain kedua direksi yang berkuasa atas giro tersebut belum menandatanginya. Alhasil, giro tersebut tidak berfungsi dan kemudian bisa kejadian penolakan kliring, puncaknya maybe BI checking. Kemungkinan kecil sih sampai BI checking karena BI checking terjadi kalau saldo di giro pengambilan dana itu tidak mencukupi.
Tapi semua itu menjadi momok menakutkan bagi seorang yang punya amanah di bagian keuangan perusahaan.
Saya sudah benar-benar kalut apalagi salah satu direksi saya yang mengsahkan aktivasi itu sedang berada di Purwokerto untuk beberapa hari kedepan, tepatnya sampai tgl 24 Des'12. Saya mau coba pasrah pun tidak menjamin solusi, lalu saya mencoba bernegosiasi dengan kepala kantor bank tersebut setelah semua jurus dikeluarkan akhirnya masalah itu pun selesai dengan kabar baik.
Saya di beri toleransi waktu sampai hari rabu dan tidak lebih. Giro pun sudah teraktivasi dan kegiatan kliring bisa di jalani. satu masalah pun terselesaikan, syukron ya Rabb.
#2
Kesalahan penulisan huruf pada giro.
Tau kan fatalnya jika di sebuah giro ada kesalahan penulisan? yap! kalau di sebuah giro yang akan di transaksikan itu terdapat penebalan huruf dan angka, coretan, salah tanggal, kurang tanda tangan maka giro tersebut dianggap tidak sah. Dan harus di perbaiki entah itu ganti giro baru atau di tulis ulang lalu disisihkan tandatangan di atas coretannya.
Memang agak ribet, tapi itu semua di berlakukan untuk meminimalisir tindakan kriminal.
Nah, Jumat 21 Desember itu kejadian juga. Jam 8 pagi saya transaksi di salah satu bank (bukan di bank yang ada di #1) saat itu tanpa perasaan apa-apa saya datang dan mengisi form pemindahbukuan. Saya akan meng-RTGS-kan total dr giro tersebut ke bank lain.
Saat saya di panggil ke meja teller, si teller mendapati ada kesalahan penulisan huruf di giro tersebut, di sana total yang akan di transaksikan adalah dua puluh juta enam ratus tiga belas juta rupiah padahal yang seharusnya itu dua puluh juta enam ratus tiga belas ribu rupiah. Ada kesalahan kata juta. Dan itu fatal!
Mau tidak mau kata itu harus di perbaiki dan di tandatangani kedua pejabat yang berkuasa.
"Oalah,,, mati saya mati !!!!" guman saya dalam hati.
Parahnya, salah satu dari kedua pejabat itu sudah terbang ke Medan. Kacau !!!
Bisa di bayangkan hebohnya saya hari itu gimana?. Mood kerja saya hari itu benar-benar sirna. Saya menyerah untuk menjalankan amanah ini. Semua yang saya lakukan pasti ada yang salah. Saya terlalu teledor untuk pekerjaan ini.
"Ya Allah.... harus gimana ini?"
Antara mengaku biarpun dianggap tidak berkompeten atau sebaliknya berbuat tidak jujur demi sebuah kegengsian.
Sempat bisikan setan mengelabui pikiran saya, tapi saya memilih untuk mengatakan apa adanya pada direksi saya yang ada di Medan dan meminta solusi bagaimana baiknya.
Saya pikir suatu hal yang di jalankan secara tidak jujur itu akan membuahkan hal yang negatif. Satu kali tidak jujur maka akan ada kebohongan kedua, ketiga dan seterusnya.
Saya tidak mau menanamkan diri saya seperti itu, saya ingin memilih jalan yang di ridhoi Allah sekalipun harus menganggung malu. Toh, memang itu kesalahan saya juga.
Akhirnya, setelah menyiapkan mental saya pun mengabarkan hal ini ke beliau. Alhamdulillah, ada jalan. Beliau menghubungi bank tersebut dan menjelaskan kondisinya. Setelah itu, giro pun bisa di transaksikan dengan koreksi tandatangan satu direksi.
" Benar - benar lega Ya Allah.... Alhamdulillah aku tidak memilih jalan yang salah".
Dua masalah pun terselesaikan. Menuju liburan akhir tahun semuanya sudah terkondisikan dengan baik. Tinggal kegiatan terakhir saya di 24 Desember ini menjelang akhir tahun, yaitu transaksi Akad Kredit pembelian rumah.
Dapat kabar dari rekan kerja saya bahwasanya akad dilaksanakan pukul 13:00. Masih ada waktu untuk membayar BPHTB dan itu tugas saya. Singkat cerita, BPHTB terbayar dengan kesabaran menunggu selama 2 jam. Hampir semua bank memang penuh hari itu, katanya hari itu adalah hari transaksi terakhir menjelang tutup buku.
Sekitar jam 12 siang, di perjalanan menuju tempat transaksi akad kredit saya di telepon oleh bank A cabang Bandung, yang menelepon saya adalah CS disana yang mau konfirmasi soal pencairan giro senilai 67 juta. Saya merasa aneh dengan nominal tersebut, karena seingat saya tidak ada pembayaran material sebesar itu. Tapi karena saya tidak bisa membuka laptop saya akhirnya saya beri ijin bank tersebut untuk menjalani transaksi itu.
Namun, hati saya jadi gelisah. Saya ingin sekali membuka laptop dan memastikan pencairan itu benar.
Saat di perjalanan menuju Jl. Jawa saya membelokan arah saya ke rumah Agung karena jaraknya tidak terlalu jauh dari situ. Saya meminta ijin padanya untuk ikut membuka data. Setelah di telaah ternyata tidak ada pegeluaran sekian besarnya.
Saya pun panik tidak karuan, saya coba menghubungi bank tersebut untuk konfirmasi ulang.
Saya ingin memastikan lagi bahwa itu benar rekening milik perusahaan tempat saya bekerja atau bukan.
"Selamat siang, dengan Nuni (nama samaran) Customer Sevice , ada yang bisa saya bantu?"
"Siang ibu, saya Dita dr PT.P*** yang beberapa menit lalu di hubungi perihal pencairan giro. Tolong di pastikan ulang nomor giro, rekening apa benar milik PT. Pr****??"
"Selamat siang, dengan Nuni (nama samaran) Customer Sevice , ada yang bisa saya bantu?"
"Siang ibu, saya Dita dr PT.P*** yang beberapa menit lalu di hubungi perihal pencairan giro. Tolong di pastikan ulang nomor giro, rekening apa benar milik PT. Pr****??"
"Mohon di tunggu sebentar ibu, saya check ulang.(beberapa detik) Benar ibu , 1519 nomor gironya?"
"Hah! 1519? didata saya tidak ada nomor giro 4 digit, bu. Mungkin ibu keliru. "
"Oh begitu ? Hemm.. Mohon maaf ibu, bagaimana kalau nanti saya konfirmasi lagi. Saya pastikan dulu ya bu,"
"Baik , segera konfirmasi lagi ke saya . terimakasih."
Dengan harap-harap cemas saya melanjutkan perjalanan ke tempat akad kredit untuk memberikan bukti pembayaran BPHTB ke lokasi akad kredit.
Saya masih tidak fokus menjalani kegiatan hari itu. Jelas, wong sampai jam 2 siang saya beum dapat kabar apapun. Akhirnya saya pergi ke bank yang sama tapi cabang berbeda untuk menanyakan perihal ini. Saat saya duduk di meja CS saya menjelaskan kronologinya lalu dengan ramah CS cantik itu membantu saya . Ia mengkonfirmasi cabang yang menelepon saya tadi. Saat itu juga saya baru mendapati kabar bahwa ternyata terjadi kekeliruan konfirmasi untuk pencairan giro tersebut. Sang CS yang menelepon saya tadi menyebutkan 1519 itu adalah nomor rekening bukan nomor giro dan itu bukanlah digit akhir rekening perusahaan tempat saya kerja.
Dan baru tahu juga ternyata CS yang menelepon saya itu masih status trainer. jadi pantas saja masih gugup dan banyak keliru -_-
Haaaa.....bisul pecah bisul pecah.. enteng banget rasanyaaa... dikira ada penarikan giro sebesar itu. Kalau iya, bisa jadi ini masalah baru lagi.
" Ampun dah....ini semua membuat saya tidak waras .."
Komentar
Posting Komentar