Salah gak sih kalau umur 12 Tahun merasakan perasaan seperti layaknya orang dewasa, yupz! menyukai lawan jenis? .
Saya pernah mengalami hal seperti itu dulu. Kalau flashback lagi rasanya lucu sekali. Dulu, saat saya duduk di bangku SMP, saya menyukai laki-laki sebaya dengan saya. Mungkin bisa dibilang saya terjebak Cinta Monyet. Laki-laki itu sebenarnya tidak terlalu istimewa, dia terbilang biasa, tidak nge-Top. Hanya saja beberapa orang mengenalinya karena dia cukup berprestasi. Wajahnya juga gak ganteng ganteng amat tapi anehnya saya kesemsem dengannya..---> (hehehe....jadi malu!).
Saya sebenarnya menyembunyikan perasaan ini, karena saya tahu tidak penting juga untuknya untuk tahu perasaan saya ini. Toh, saya juga gak mau sampai dia tahu perasaan ini. selain itu, saya juga masih belum mau punya hubungan yang biasa disebut pacaran. Memandang wajahnya dikelas setiap hari, itu sangat cukup untuk saya. Sikapnya sungguh unik sekali. Sedikit belagu juga sih Wajarlah untuk anak berprestasi sepertinya. Saya pendam dan terus memendam rasa ini sampai di ujung perpisahan saya tetap tiak ingin dia tahu perasaan untuknya.
Disaat Acara kelulusan SMP itulah untuk terakhir kalinya saya memandang wajahnya. Saya ingat jelas rona wajahnya, dia tampan sekali memakai jas tidak seperti biasanya. Sangat dewasa. Acara kelulusan itu diadakan di Dago Tea House~ Bandung. Saya sempat merasa ingin berdandan lebih untuknya dan memang itu sudah saya lakukan. Saya ingin sekaliiii saja diperhatikan olehnya.Cukup hari itu saja. Sesempurna mungkin saya berdandan agar tampil beda. Sampai di tempat tersebut saya percaya diri dengan penampilan saya tersebut dan sedikit risau mencari-carinnya, namun setengah jam acara berlangsung dia tidak menunjukan batang hidungnya.
"kemana dia?" hati saya bertanya. Namun tak lama, terdengar musik iringan upacara adat. Kedua pintu (barat-timur) gedung itu terbuka lalu saya memalingkan wajah saya kearah pintu timur gedung tersebut. Musik semakin keras dan semua siswa pun antusias untuk melihat apa yang ada dibalik pintu tersebut. Lalu tak lama "DEng! Ya Ampuuunn..... cakepppppp...". Dia, dia.. dia ternyata yang dipilih untuk menjadi pengantin pria di upacara adat tersebut. Bangga saya. (:masih nyengir).
Disaat Acara kelulusan SMP itulah untuk terakhir kalinya saya memandang wajahnya. Saya ingat jelas rona wajahnya, dia tampan sekali memakai jas tidak seperti biasanya. Sangat dewasa. Acara kelulusan itu diadakan di Dago Tea House~ Bandung. Saya sempat merasa ingin berdandan lebih untuknya dan memang itu sudah saya lakukan. Saya ingin sekaliiii saja diperhatikan olehnya.Cukup hari itu saja. Sesempurna mungkin saya berdandan agar tampil beda. Sampai di tempat tersebut saya percaya diri dengan penampilan saya tersebut dan sedikit risau mencari-carinnya, namun setengah jam acara berlangsung dia tidak menunjukan batang hidungnya.
"kemana dia?" hati saya bertanya. Namun tak lama, terdengar musik iringan upacara adat. Kedua pintu (barat-timur) gedung itu terbuka lalu saya memalingkan wajah saya kearah pintu timur gedung tersebut. Musik semakin keras dan semua siswa pun antusias untuk melihat apa yang ada dibalik pintu tersebut. Lalu tak lama "DEng! Ya Ampuuunn..... cakepppppp...". Dia, dia.. dia ternyata yang dipilih untuk menjadi pengantin pria di upacara adat tersebut. Bangga saya. (:masih nyengir).
"kalau saja saya yang ada disampingnya?" desahku.
Huusssssss.. Buaian itu buyar...* "Gak boleh!" tegas saya ,
"gak boleh gitu Dita. ga mungkin, ngayal banget sih, siapa kamu coba" tetap meyakinkan diri sendiri.
"gak boleh gitu Dita. ga mungkin, ngayal banget sih, siapa kamu coba" tetap meyakinkan diri sendiri.
"Oke, sekarang aku lega sudah melihatnya. Terimakasih Tuhan karena masih diberi kesempatan untuk memandangnya walaupun hari ini terakhir untuk saya." .Airmata pun tak tertahan untuk menetes (:sedikit dramatisir).
Biarlah saya bangga dengan airmata ini, setidaknya saya patut berbangga hati karena saya ini diberikan perasaan yang sama seperti wanita-wanita yang lain, perasaan kehilangan seseorang yang pernah dicintai.
Biarlah saya bangga dengan airmata ini, setidaknya saya patut berbangga hati karena saya ini diberikan perasaan yang sama seperti wanita-wanita yang lain, perasaan kehilangan seseorang yang pernah dicintai.
Well,, saya gak mau berlarut-larut bercerita. Saya hanya ingin mengungkapkan bahwa saya bangga betul dengan perasaan ini, bukan perasaan yang terbalaskan dan juga bukan perasaan yang bertepuk sebelah tangan. Namun perasaan ini tumbuh dan memotivasi saya menjadi yang terbaik setelah itu.
Komentar
Posting Komentar