Tuhan, hari ini aku belajar satu hal...
aku belajar tentang Kebesaran-Mu.
Kini aku sadar dan percaya dengan segala sesuatu yang terjadi karena kehendak-Mu.
Dengan sangat sadar aku merasakan perubahan siklus hidup seorang manusia.
Hampir satu tahun aku melihat dirinya berjaya, semakin hari ia di anugerahkan rejeki yang baik.
Usahanya memang tidak kenal lelah. Pagi-Siang-Sore-bahkan waktu istirahatnya (Malam) ia habiskan untuk mencari suatu hal yang memuaskan bathinnya.
Ia bekerja mencari uang hingga ia bisa mencakupi segala tujuan hidupnya.
Muda dan berhasil itulah gambaran sosoknya saat itu. Dan aku pun salut dengan usahanya yang begitu telaten dan konsisten itu.
Alhasil dia BERHASIL.
Dalam waktu kurang lebih satu tahun, dia bisa membeli hal apapun yang dia mau.
Mobil mewah, buka usaha tambahan yang bermodal ratusan juta, makan di restoran mewah, berpergian kemana saja. Setiap hari sedikitnya mengeluarkan uang Rp. 500.000,- (Lima ratus ribu rupiah).
Nominal yang fantastik buatku yang notabene harga itu senilai dengan setengah dari hasil keringatku selama satu bulan.
Aku kagum dan bangga padanya. Siapa yang tak bangga mengenali bahkan dekat dengan orang sukses. Siapa tahu aku bisa copy paste kiat-kiat kesuksesannya itu.
Namun rasa bangga tidaklah sepenuhnya terbayar dengan satu sikap yang terkadang ia timbulkan di hadapan mereka, keluarganya.
Ia menampilkan satu sikap yang membuatku ingin berkata,
"Ternyata menjadi
Kaya itu menjadi PENGUASA
Kaya itu menjadi PEMENANG
Kaya itu ..." , semua kata frontal ingin aku sebutkan.
Orang kaya identik dengan Egois.
ya! bukan maksud men-judge tapi yang aku lihat seperti itulah adanya.
Dan perlu tahu , itu yang aku rasakan.
Pada awal perubahan sikapnya tidak membuat keluarga dekatnya terpengaruh. Keluarga mencoba memaklumi. Khususnya kedua orang tuanya .
Lalu, lambat tapi pasti sikapnya kian hari kian tidak sepaham dengan keluarganya itu.
Ibu nya hanyalah seorang Guru PAUD yang berpenghasilan 150.000,- (seratus lima puluh ribu rupiah) setiap bulannya, sedangkan sang Ayah sudah tidak bekerja semenjak warung kelontongannya itu bangkrut.
Apalah arti 150ribu di jaman seperti sekarang ini?, belum bayar listrik, bayar air, makan sehari-hari bahkan untuk memberikan ongkos sehari-hari untuk adiknya.
Secara otomatis hanya dia yang diandalkan di keluarga.
Situasi disaat kejayaannya itu, tak sering ia membantu. Kalaupun membantu harus di paksa dulu sampai Ibu nya meminta langsung.
Sungguh sangat membuat orang tuanya "muak" dengannya.
Sehingga pada satu hari, entah dengan cara apa. Segala hal yang ia miliki habis dalam waktu dua malam.
Segala sesuatu yang ia inginkan sudah tentu ia dapatkan. Namun satu hal yang ia tidak dapatkan saat itu.
KEIKHLASAN.
Ia bisa dengan cepat mendapatkan segalanya tapi ia tidak dengan mudah mendapatkan keikhlasan hati orang tua.
Ia bisa membeli makan di tempat mewah manapun tanpa memikirkan orang tua di rumah makan apa?,
Ia bisa dengan mudah membeli apapun tanpa berfikir perih nya orang tua mengatur uang 150 ribu untuk satu bulan,
Lalu bagaimana dia kini?
. Dengan sangat sadar aku melihat bahwa dalam waktu satu malam ia kehilangan pekerjaan yang menjadi sumber kemakmuran hidupnya.
Dalam satu malam ia di beritakan tidak bisa bekerja lagi,
Lalu bagaimana dia kini?
. Satu per satu benda-benda mewahnya itu di jual.
Ia menyesal ?
Aku harap ia menyesali, bukan menyesali tapi sadar dan bisa mengambil sikap yang lebih dewasa bahwa Kebahagian itu bersumber dari Keridhoan Hati Orang Tua.
/ Dan kini... aku belajar satu hal tentang itu.....
Terimakasih Tuhan, Engkau memberikan satu gambaran tentang ini.
Bahwa hidup tidak ada yang abadi,
Hidup itu berputar. Hari ini Berjaya Besok bisa Merana.
Jadi apa yang harus di Sombongkan ?
.
Komentar
Posting Komentar