*10 November 2011* 19:49
Andri dan Mae sedang bencengkrama di ruang depan rumah mae.
Hampir setiap hari mereka menghabiskan waktunya di kamar depan. Mereka bertukar pikiran, sesekali saling pandang dan berpelukan. Mereka berdua itu sepasang kekasih.
Sudah hampir 4 Tahun mereka bersama. Mereka serasi dan sepemikiran. Hampir jarang mereka berselisih paham. Dari seribu pembahasan,hanya satu hal yang terkadang membuat hubungan mereka sedikit tidak baik.
hal yang seharusnya tidak perlu diperbesarkan. Hal yang tidak penting untuk dibahas, tapi sangat penting untuk dipikirkan. Ini tentang penyakit Andri. Eksim basah.
Sejak kecil Andri sudah mengidap penyakit ini. Penyakit yang sebenarnya tidak berbahaya untuk orang sekitar karena bukan penyakit menular namun cukup ngeri untuk melihat efek dari kambuhnya penyakit ini.
Di Bulan 14 November tahun ini, tepat 4 Tahun Hari Jadi mereka.
Seperti tahun-tahun sebelumnya. Andri yang selalu berjanji pada Mae pada saat hari ulang tahun jadian mereka Andri akan mengucapkannya pada Mae tepat pukul 00:30 minimal lewat telepon selular.
3 Tahun Andri tidak pernah lupa untuk mengucapkan itu.
Dan Tepat di Hari terpenting itu, 14 November 2011 Ulang Tahun ke - 4 jadian Mae dan Andri, Andri justru absen dan sama sekali tidak mengabarkan dan memberi ucapan untuk Mae.
Mae yang sejak pagi sudah mempersiapkan kata-kata pengharapan untuk hubungan mereka dan ia sudah membayangkan semua hal yang akan terjadi di 00:30 itu harus kecewa dengan sikap Andri yang seolah-olah acuh dengan hubungannya.
Detik-detik terakhir menjelang 4 Tahun hari Jadi
*00:20*
Di kasur.
Mae menggegam telepon selular dan sesekali menyimpan di dadanya sambil senyum malu-malu membayangkan masa-masa diawal jadian.
Dan tepat di pukul 00:30 Ponsel Mae masih belum berdering. Tidak ada tanda telepon masuk ataupun pesan masuk dari Andri
5 menit berlalu dari 00:30, tidak ada perubahan. Mae mulai kesal. ia mengubah posisi badannya dan beberapa kali ia duduk lalu tengkurep- lalu terlentang -balik kiri -balik kanan dengan tetap menggegam ponselnya.
Sampai akhirnya pukul 01:00 dan Mae tertidur dalam tangis.
Paginya, dengan mata yang bengkak dan ia mengambil ponselnya yang sengaja ia lempar ke kolong kasur karena rasa kecewanya pada Andri.
Benturan yang cukup keras membuat ponsel Mae mati. Ia pun menekan tombol Turn On lalu beberapa menit loading. 1 Pesan Baru diterimanya. Ia membuka pesan itu dan berharap pesan itu dari Andri.
**
Saat membuka pesan itu, ternyata pesan itu Vita teman kantor Vika yang memberikan kabar kalu hari ini izin masuk kantor.
Membuka pesannya Mae tambah kesal dengan Andri. Andri sangat keterlaluan, pikirnya.
"Oke, kalau gini caranya. Cukup sampai disini" desisnya.
lalu ia melepaskan selimut yang masih melingkar ditubuhnya dan berlari menuju kamar mandi.
Ia merencanakan untuk pergi ke rumah Andri dan seketika itu dia akan memutuskannya.
Saat di kamar mandi, ia menyusun kata-kata yang tepat walaupun sakit terasa. Satu kalimat yang ia rasa cukup pantas untuk di utarakan dan mencoba mempraktekannya setelah itu juga ia menangis karena sebenarnya terlalu berat jika harus berakhir.
Tapi, tidak. Mae sakit dengan sikap Andri seperti ini. Ia Ingkar. dan satu kali ingkar akan seterusnya seperti itu.
"Prinsipku, tidak ada kata maaf untuk kamu Andri. Aku sakiiiitt kamu beginikan." hiks.hiks
***
Seketika Mae pergi tanpa sarapan terlebih dahulu. Orang tua Mae heran dengan sikap Mae hari itu. Bangun sangat pagi dan pergi tanpa sarapan. Itu bukan kebiasaan Mae.
Dengan tergesa-gesa Mae berlari ke depan rumah dan menyalakan motornya. Belum 5 Menit memanaskan motornya, Mae menancapkan gas sekencang mungkin. 10 Menit, ia sampai di depan rumah Yoga.
Dengan rasa ragu dan bimbang ia menghampiri pintu rumah Andri. Andri tidak tahu keberadaan Mae dan Mae pun tidak memberitahukan bahwa ia sudah didepan rumahnya.
Mae membuka pagar rumah Andri dan mengetuk pintu depannya.
Tok-tok-tok.
Grekkk. Seorang Ibu setengah baya membukakan pintunya. Dia ibu Andri. Tante Cica,panggilan Mae.
Mae : "Assalamualaikum tante,,"
Tante Cica : "Eh.. Mae ! kok tumben pagi- pagi kesini. Mau ke Andri ya?" dengan wajah heran.
Mae : "emm.. iya Tante. Andri-nya ada?"
Tante Cica : ".hemm. tunggu sebentar ya Mae . Tante lihat dulu. Ayo masuk dulu". bingung.
Mae : "Ya tante makasih"
Mae duduk di ruang tamu. Ia melihat Tante Cica berjalan menuju kamar tidur Andri.
kamar tidurnya tidak jauh dari ruang tamu. Tante Cica mengetuk pintu kamar Andri sambil berkata,
"Andri, ini ada Mae. Keluar sebentar, nak!."
Tak lama Andri membuka pintu kamarnya. Andri hanya memakai kaos oblong dan celana boxer.
Lalu, dengan perasaan yang geram Mae bangkit dari kursinya. Namun, rasa marah itu tiba-tiba saja hilang ketika harus menyaksikan tubuh Andri dipenuhi dengan luka nanah terutama di kakinya.
"Astagfirulloh!" Mae sedikit lemas.
Andri berjalan tertatih tatih sambil di tuntun ibunda menuju ruang tamu.
Dengan rasa bersalah Mae berlari menghampiri Andri dan memeluknya.
"Andri, badan kamu kenapa?kamu sakit?" Mae menangis
Andri menggelengkan kepalanya sambil mengelus pipi Mae dan menghapus airmatanya.
"Selamat hari Jadi ya sayang. Maaf semalem....." .
"syutttt.....Sudah!" Mae memotong kalimat sambil menutup mulut Andri dengan dua jari tangan kanannya.
Mae dan Tante Cica masih menuntun Andri sampai ruang tamu.
Lalu Tante Cica meninggalkan keduanya.
Andri mulai membuka pembicaraan,
"Aku sakit Mae. Aku menjiijikan. Aku yakin kamu pasti marah karena semalam aku tidak menempati janji."
Mae membungkuk, ia merasa bersalah. Ia memegang kedua tangan Andri dan mengeluskan tangan Andri ke pipi kirinya.
Ia kembali menangis dan menggelengkan kepalanya.
"Aku yang salah, aku memang marah tapi aku tidak tahu keadaanya seperti ini. Kemarin aku marah karena kamu tidak menempati janji kita dulu. Tapi sekarang aku marah kenapa kamu tidak bercerita soal ini?"
"Aku hanya ingin sempurna di mata kamu Mae. Aku malu dengan keadaanku saat ini. Kamu lihat, aku kotor. Aku Eksim. Percuma saja aku menempati janji-janjiku, percuma aku mempertahankan hubungan ini tapi kalau akhirnya aku akan ditinggalkan kamu karena keadaan fisikku ini."
"Kamu terlalu picik menilaiku andri. Aku tidak seperti itu. "
"Kamu memang menerima aku apa adanya. Tapi terlalu mahal rasanya pria berpenyakit sepertiku mendampingi wanita sempurna seperti kamu. Kamu tidak berkekurangan sedikit pun, kamu berpenghasilan dan sudah selayaknya kamu mendapatkan yang lebih baik."
"Sudahlah. kenapa kamu harus bicara seperti itu. kamu tidak berhak menilaiku seperti itu. Sejak awal kita jadian, aku menerima kamu apa adanya. Kita menjalankan ini dengan sangat normal. Tidak pernah ada kata tidak pantas, lalu kenapa untuk masalah seperti ini kamu menyerah. Kenapa kamu yang masalah sedangkan aku tidak. Tolong Andri, berhenti berpikiran seperti itu."
"Aku eksim, aku punya Eksim Mae. Apa kamu tidak jijik ini.?Apa kamu tidak malu jalan dengan seorang pria yang selalu menggaruk-garuk tubuhnya karena tidak bisa menahan rasa gatal ?
Penyakit ini sering menyerang tubuhku. Bulan dan Tahun ini yang terparah. Mungkin sebelumnya aku bisa menyembunyikannya darimu tapi...."
" Sudah ya Andri. Cukup. penyakit itu pasti ada obatnya. Dan Aku yakin kamu bisa sembuh.
Aku tahu, Eksim tidak berbahaya. Penyakit itu tidak menular dan bisa dihindari bahkan disembuhkan.
Jadi buang jauh-jauh pikiran tentang itu ya. Sebisa mungkin aku akan merawatmu sampai kamu benar-benar pulih..."
Komentar
Posting Komentar