Di pagi jumat yang indah ini dengan penuh senyuman saya melangkahkan kaki
untuk melakukan rutinitas sehari- hari. Tak lain dan tak bukan adalah bekerja untuk mencari sesuap nasi.
Saya sampai di tempat kerja pukul 09.45
saya melihat seorang pria setengah baya sedang duduk termenung didepan pintu.
saya mengenalinya, dialah Pak Iyin.
Pak Iyin adalah salah satu pekerja di tempat saya bekerja.
Hanya saja dia bukan staff disini, melainkan seorang mandor.
Pak Iyin terkenal dengan sebutan preman daerah sini.
Sesaat setelah saya memarkirkan motor dan berjalan ke pintu masuk.
Pa Iyin memanggil saya, " Neng...."
Glek*
Lalu saya pun balik menyapanya walaupun rasanya sedikit takut, " eh pak!"
Pak Iyin mengikuti langkah saya.
Saya pun terheran, ada apa dengan sikap Pak Iyin.
Saya melihat di tangannya, ia menggenggam sebuah nota.
Saya mengira itu nota pembayaran untuk projek urugan di rumah yang sedang dalam pembangunan.
Saya menoleh kebelakang dan menyapa kembali, "ada apa ya pak? Apa ada perlu dengan saya?"
ucap saya sambil melirik ke arah nota tersebut
Dengan memasang wajah yang penuh keyakinan. Pak Iyin pun menyodorkan nota-nota itu pada saya
Pembicaraan pun dimulai.
Pak Iyin : " Neng, apa kemarin sudah dapat intruksi dari direksi untuk melunasi pembayaran urugan?"
Saya : " hem...bentar pak, oh iya. iya sudah pak. "
Pak Iyin : " nah sekarang saya mau minta..karena atasan pun sudah janji sama saya jam 10:00 sudah bisa di lunasi"
Dahi saya mengerut dan mendekatinya.
Saya : "boleh saya lihat pak bukti bon-nya?"
Pak Iyin : "ini neng.."
Saya lihat perlembar dan mengecek satu per-satu nota-nya. dari mulai tanggal~ banyaknya barang~ harga ~ dan total pembayaran.
Saya menggegam nota tersebut. dan kembali membuka percakapan
Saya : " gini pak Iyin, untuk ajuan ini saya terima dulu tapi untuk pembayarannya tidak bisa jam 10:00
karena saya juga harus konfirmasi ulang. Jadi kemungkinan sore dan itupun tidak bisa full 11 rit."
Pak Iyin melanjutkan
" lho? kok bisa neng. Tapi saya sudah di acc oleh atasan sini tuh jam 10:00 dan apa emang ga bisa di full-kan harganya?"
Saya terdiam sejenak, dan mencari kata-kata yang terbaik supaya beliau tidak tersinggung.
Disamping saya menuakan beliau saya pun sebenarnya takut padanya.
Kabar punya kabar Pak Iyin itu mantan preman di lingkungan tempat saya bekerja.
Hiii .. seremmm. Kebayang saja kalau sampai dia tersinggung terus tahu-tahu golok sudah ada didepan mata saya...Aaaaarrrghhhhh.. tidakk...
Setelah memantapkan kata-katanya saya pun menarik napas
"Begini pak, sebetulnya prosedur yang sekarang itu memang aga sedikit rumit.
Tapi ya memang harus seperti ini, jadi mohon dimaklumi ya pak?"
"Tapi neng. kalau boleh jujur sayah teh butuh pisan sekarang, buat anak saya. Dia teh susah sekolah da motornya sayah gadei-in. Terus tadi teh sayah olo biar mau sekolah. Saya bilang nanti atuh ya cep, bapak hari ini juga dapet uang sok atuh sakola keula nyak da bageur"
Glek..
Wajahnya memelas sekali.
'kok bapak jadi curhat'.. ucap saya dalam hati.
'kok bapak jadi curhat'.. ucap saya dalam hati.
Setelah mendengar cerita dia yang panjang itu kalau di ukur mungkin sampai 2 KM (:huu...lebay)
saya pun menjawabnya.
"Oh.. gitu ya pak. Saya juga ga enak pak kalau bapak ngomong kayak gini. karena saya juga tidak bisa mengabulkan permintaan bapak ini. Mohon sabar ya pak, sampai sore nanti. Saya harus check dulu sudah ditransfer atau belumnya. Oke pak?" *Mengembangkan senyum terbaik*
Pak Iyin : " Ya sudah atuh neng, makasih ya?"
Akhirnya Pak Iyin pun berhasil saya bujuk untuk bersabar.
Dengan keadaan jaket dan tas yang masih menempel di tubuh, saya pun berjalan menyusuri anak tangga.
Saya menggeserkan kursi saya dan duduk.
Saya termenung,
Ternyata preman itu juga manusia segalak apapun dia tapi masih punya hati yang lembut juga...
Komentar
Posting Komentar